Angka dan Keberadaan: Menyingkap Harmoni Spiritual dalam Bahasa Matematika

Oleh: Dr. Rahmat Hidayat, Lc., M.Phil
Dosen FUSHPI dan Sekprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Pertanyaan mengenai hubungan antara matematika dan keberadaan Tuhan telah menjadi topik yang menarik dan kompleks dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk teologi, filsafat, dan sains. Tulisan kali ini akan mengeksplorasi bagaimana konsep-konsep matematis dapat berfungsi sebagai jembatan untuk memahami keberadaan Tuhan.

Dalam perjalanan pencarian ini, kita diingatkan bahwa ilmu pengetahuan adalah cahaya yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Ia tidak berdiri sendiri, tetapi juga merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Barangkali, selama ini ada anggapan bahwa matematika adalah ilmu yang kering dan tidak berhubungan dengan spiritualitas. Namun, sebenarnya, ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari angka-angka dalam dunia matematika.

Kita memulai dengan angka nol. Angka nol adalah sesuatu yang sangat menarik. Dalam banyak budaya dan sistem numerik, angka nol sering kali dipandang sebagai simbol dari kekosongan atau ketiadaan. Angka ini adalah titik awal yang tidak membawa nilai apa pun. Maksudnya, nol adalah permulaan yang kosong atau nihil, sehingga tanpa tambahan sesuatu, ia tetap akan nihil.

Ini sebenarnya sedang mengacu pada sifat dasar dari angka nol dalam operasi penjumlahan dimana angka nol memiliki peran yang unik dan penting dalam struktur matematika. Dalam konteks penjumlahan, angka positif seperti 6 ditambah dengan nol, hasilnya adalah 6. Begitu juga dengan angka negatif seperti -6 ditambah dengan nol, hasilnya tetap -6. Dalam kedua kasus tersebut, nol berfungsi sebagai identitas aditif, yang berarti bahwa menambahkan nol tidak mengubah nilai dari angka yang ditambahkan. Angka nol jika ditambahkan ke bilangan apa pun, maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Tanpa adanya nilai lain, nol tidak dapat berdiri sendiri; ia mesti berdampingan dengan angka lain untuk memberikan makna atau nilai yang lebih. 

Berdasarkan ilustrasi dari angka nol di atas menunjukkan bahwa ketiadaan tidak dapat menciptakan sesuatu. Dalam konteks alam semesta, ketiadaan tidak mungkin menghasilkan keberadaan. Sebenarnya ketiadaan tidak memiliki atribut, tidak memiliki kekuatan, dan tidak dapat melakukan apa pun.

Ketiadaan tidak dapat berfungsi untuk menciptakan sesuatu yang baru. Ketiadaan tidak dapat mengubah kondisi apa pun dan tidak memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, jika ketiadaan tidak dapat menciptakan sesuatu, maka Tuhan yang wujud (ada) pasti bukan berasal dari ketiadaan, iya kan? Allah Swt tidak mungkin berasal dari ketiadaan, karena ketiadaan sendiri tidak memiliki kekuatan untuk menciptakan. 

Demikian juga dengan angka satu. Angka satu dalam hal ini juga sangat penting. Angka satu itu pada dasarnya lebih dari sekadar angka, namun ia adalah awal dari semua angka lainnya. Dalam konteks ini, angka satu memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar simbol matematis. Ketika berbicara tentang angka satu, berarti kita berbicara tentang kesatuan. Angka satu ketika direnungkan, bisa dijadikan sebagai pondasi dari segala hal.

Dalam filsafat Pythagoras, angka satu dianggap sebagai sumber dari semua angka lainnya. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu bermula dari satu kesatuan. Tanpa angka satu, tidak akan ada angka dua, tiga, atau angka-angka lainnya. Dalam konteks ini, kita dapat mengaitkan angka satu dengan konsep “penciptaan” dalam Islam.

Allah Swt menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, tidak ada contoh atau bahan sebelumnya dan semuanya dimulai dari satu kehendak-Nya (lihat diantaranya QS. Al-Baqarah: 117; Al-An`am: 101 dan lain-lain). Ini berarti bahwa angka satu bukan hanya sekadar angka; ia adalah representasi dari keesaan dan kekuasaan Allah.

Hal ini mengarah pada pemahaman bahwa segala penciptaan adalah manifestasi dari Satu Sumber yang sama, yaitu Allah. Dia adalah Penyebab dari segala keberadaan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Dia adalah satu-satunya yang bisa menciptakan keanekaragaman. Ketika angka satu dipahami sebagai puncak dari semua angka, berarti Allah Swt adalah puncak dari segala sesuatu yang ada. 

Dalam perjalanan panjang umat manusia, ilmu pengetahuan dan agama telah menjadi dua pilar penting yang membentuk cara dalam memahami dunia dan eksistensi kita di dalamnya. Sering kali, kedua aspek ini dianggap terpisah, bahkan bertentangan satu sama lain. Namun, ada ungkapan yang sangat populer dari ilmuan ternama yaitu Albert Einstein,

“Science without religion is blind, religion without science is lame (Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh).” Ungkapan ini mencerminkan pandangan mendalam tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas.

Melalui pernyataan Einstein tadi, dapat dipahami bahwa ia tidak hanya berbicara tentang fakta-fakta ilmiah, tetapi juga mengajak untuk merenungkan makna lebih dalam dari pengetahuan itu sendiri. Ia menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dan spiritualitas tidaklah terpisah, melainkan saling melengkapi.

Dalam konteks ini, dapat dilihat bagaimana kedua aspek tersebut berinteraksi dan memperkaya pemahaman tentang dunia dan keberadaan kita di dalamnya. Karenanya matematika, seperti halnya semua ilmu pengetahuan, adalah cara kita memahami ciptaan Allah Swt. Dengan memahami angka-angka kita bisa lebih dekat kepada-Nya.

Melalui angka-angka ini, kita tidak hanya belajar tentang matematika, tetapi juga tentang kehidupan dan keberadaan kita di dunia. Setiap angka, setiap konsep, dapat membawa kita lebih dekat kepada pemahaman akan Tuhan.

Matematika bukanlah hal yang terpisah dari kehidupan spiritual. Malah, ia dapat dijadikan alat yang bisa digunakan untuk memahami lebih dalam tentang keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, semua ilmu, termasuk matematika, adalah bagian dari ciptaan-Nya.

Setiap aspek dari ilmu pengetahuan, memiliki tujuan yang lebih besar: yaitu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang terpisah dari Tuhan, melainkan sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan cara ini, kita semua dapat menemukan makna hidup yang sejati.

https://palembang.tribunnews.com/2024/12/29/angka-dan-keberadaan-menyingkap-harmoni-spiritual-dalam-bahasa-matematika?fbclid=IwY2xjawJLFUdleHRuA2FlbQIxMQABHSxJG3cN7_K0D32Q1yrM8KQy3SpckONjiFkWA9dU9v0iJuX9RPs0HTz7IA_aem_a_l4bMraB241GCkrruiwIg